TEORI
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
“MORFOLOGI”
Disusun
Oleh:
Kelompok
V
Desra Wahyuni
Ibna Hafizah
Raudiatul Adawiyah
Sulastri
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2014
A.
PENGERTIAN
MORFOLOGI
Kata
Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa
Yunani “morphe” yang digabungkan dengan “logos”. Morphe berarti bentuk dan
logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphed dan logos ialah
bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya
itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk. Jadi, morfologi
adalah suatu ilmu tatabahasa yang mempelajari tentang seluk beluk bentuk kata.
Dalam
kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata.
Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan
kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek
pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek
pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada
tingkat tertinggi.
Itulah
sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk
kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap
makna (arti) dan kelas kata.
Berikut kami sajikan pula pengertian morfologi menurut
para ahli:
Ø Morfologi adalah ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk kata serta fungsi
perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi
semantik (Ramlan, 1987: 21).
Ø Morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan
kombinasi-kombinasinya; bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan
bagian-bagian kata yakni morfem (Kridalaksana, 1993: 51).
Ø Morfologi adalah bagian dari tatabahasa yang membicarakan bentuk kata
(Keraf, 1984: 51).
Ø Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapatlah dinyatakan bahwa morfologi
adalah bidang linguistik, ilmu bahasa, atau bagian dari tatabahasa yang
mempelajari morfem dan kata beserta fungsi perubahan-perubahan gramatikal dan
semantiknya.
Bila
kita terdengar arus ujaran seperti “Dody menyelesaikan pekerjaan itu”.
Bentukan-bentukan yang terdapat dalam arus ujaran di atas semula belum dapat
dipahami maksud dan tujuannya. Setelah kita pisahkan arus ujaran sesuai dengan
bentuknya, maka menjadi Dody menyelesaikan pekerjaan itu. Tapi hasil pemisahan
unsur bentuk kata menyelesaikan dan pekerjaan masih dapat dipecah lagi menjadi
unsur-unsur men-, selesai, kan dan pe-, kerja, -an. Unsur-unsur selesai dan
kerja serta unsur-unsur dody dan itu tidak dapat dipecah lagi. Unsur-unsur
tersebut dapat langsung membina kalimat seperti dody selesai kerja. Pengertian
dalam memecah-mecahkan unsur bentukan inilah yang dipelajari dalam morfologi.
Dan ruang lingkup morfologi mencakup morfem, morf,
dan alomorf.
B.
IDENTIFIKASI
MORFEM
Morfem
berasal dari kata “morphe” yang berarti bentuk kata dan “ema” yang berarti
membedakan arti. Jadi sederhananya, morfem itu suatu bentuk terkecil yang dapat
membedakan arti. Berikut pengertian morfem menurut beberapa ahli:
Ø Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna (Chaer, 1994:
146).
Ø Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil
dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil; misalnya
(ter-), (di-), (pensil), dan sebagainya adalah morfem (Kridalaksana, 1993:
141).
Ø Morfem adalah kesatuan yang ikut serta dalam pembentukan kata dan yang
dapat dibedakan artinya (Keraf, 1984: 52).
Ø Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapatlah disimpulkan bahwa morfem
tidak lain adalah satuan bahasa atau gramatik terkecil yang bermakna, yang
dapat berupa imbuhan atau pun kata.
Untuk
membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat kita lakukan dengan
menggabungkan morfem itu dengan kata yang mempunyai arti leksikal. Jika
penggabungan itu menghasilkan makna baru, berarti unsur yang digabungkn dengan
kata dasar itu adalah morfem.
Contoh:
·
Kata baik dengan kata membaik, jadi dengan kata
menjadi, dan sebagainya. Kata baik mempunyai arti berbeda dengan kata membaik,
karena kata baik terdiri dari satu morfem, sedangkan kata membaik terdiri dari
dua morfem yaitu morfem terikat berupa me- dan morfem bebas berupa baik. Disini
akan berbeda arti yang terkandung di dalamnya.
·
Morfem –an, -di, me-, ter-, -lah, jika digabungkan
dengan kata makan, dapat membentuk kata makanan,
dimakan, memakan, termakan, makanlah, yang mempunyai makna baru yang
berbeda dengan makna kata makan.
Untuk menentukan bahwa sebuah satuan bentuk merupakan morfem atau bukan kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam bentuk lain. Bila satuan bentuk tersebut dapat hadir secara berulang dan punya makna sama, maka bentuk tersebut merupakan morfem. Dalam studi morfologi, satuan bentuk yang merupakan morfem diapit dengan kurung kurawal ({ }) kata kedua menjadi {ke} + {dua}.
C.
MORF DAN ALOMORF
1.
Morf
Morf adalah anggota morfem yang belum ditentukan distribusinya. Misalnya/i/
pada kata kenai adalah morf; morf adalah ujud kongkret atau ujud fonemis
dari morfem, misalnya men- adalah ujud konkret dari meN- yang bersifat abstrak
(Kridalaksana, 1993: 141). Jadi, sederhananya morf itu adalah nama untuk sebuah
bentuk yang belum diketahui statusnya.
2.
Alomorf
Alomorf adalah variasi bentuk morfem terikat yang disebabkan oleh
pengaruh lingkungan yang dimasukinya, atau bisa juga
dikatakan nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya. Dengan
kata lain alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah
morfem. Jadi setiap morfem tentu mempunyai almorf, entah satu, dua, atau enam
buah. Contohnya, morfem: me-, mem- men-, meny-, meng-, dan menge-.
Dalam
merumuskan alomorf ini, kita harus tahu lebih dulu morfem terikat apa yang
melekat pada kata dasarnya. Untuk merealisasikan masalah tersebut, maka harus
disesuaikan dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Contoh-contoh alomorf dibawah ini:
·
ber-, ber- be- bel-
berjalan bekerja belajar
berlari berenang -
·
me-, me- men- mem-
melacak mendaki membeli
melarikan mencari mempercayai
meng- meny-
mengoreksi menyapu
menggoreng menyanyi
·
pe- pe- pen- pem-
pelari pendatang pembeli
penyanyi pencari pembanjak
peng- pel-
pengemudi pelajar
pengendara pelacur dan sebagainya.
Bentuk linguistik di atas dapat
berwujud morfem, morf, alomorf, kata, bahkan ada yang lebih tinggi tatarannya
yaitu frasa, klausa dan kalimat. Kelompok terakhir ini tidak dibicarakan pada
bab ini. Oleh sebab itu, bentuk-bentuk diatas terdiri atas satuan-satuan yang
lebih kecil dan masih ada hubungan arti.
D. KLASIFIKASI MORFEM
1. Apabila ditinjau dari segi bentuknya dapat dibedakan
menjadi:
a. Morfem Bebas
Morfem bebas adalah morfem yang
dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti tanpa harus dihubungkan dengan morfem
lain. Semua kata dasar tergolong sebagai morfem bebas. Misalnya buku, pensil,
meja, rumah dan sebagainya. Contoh-contoh di atas dikatakan morfem karena
merupakan bentuk terkecil yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti.
Apabila bentuk itu kita pecah lagi, sehingga menjadi bu- ku, me- ja, pen- sil,
ru- mah, dan seterusnya, maka bentuk bu- dan bentuk ku tidak mempunyai arti.
Dengan demikian bentuk buku, meja, pensil dan rumah tidak dapat dipecah lagi.
Bentuk yang demikian itilah yang disebut morfem bebas.
b. Morfem Terikat
Morfem terikat adalah morfem yang
tidak dapat berdiri sendiri dan tidak mempunyai arti. Makna morfem terikat baru
jelas setelah morfem itu dihubungkan dengan morfem yang lain. Semua imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran) tergolong
sebagai morfem terikat. Selain itu, unsur-unsur kecil seperti partikel –ku, -lah, -kah, dan bentuk lain yang
tidak dapat berdiri sendiri, juga tergolong sebagai morfem terikat.
v Morfem
terikat apabila ditinjau dari segi tempat melekatnya dapat dibedakan menjadi:
ü Prefiks
(awalan) : me-, ber-, ter-, di-, ke-, pe-, per-, se-
ü Infiks
(sisipan) : -em, -el, er-
ü Sufiks
(akhiran) : -an, -i, -kan, -nya, -man, -wati,
-wan, -nda
ü Konfiks
(gabungan) : ke+an, pe+an, per+an, me+kan, di+kan,
me+per+kan, di+per+kan, me+per+i,
di+per+i, ber+kan, ber+an.
me+per+kan, di+per+kan, me+per+i,
di+per+i, ber+kan, ber+an.
v Morfem
terikat apabila ditinjau dari asal usulnya, maka dapat dibedakan menjadi:
ü Morfem
terikat asli bahasa Indonesia ; lihat contoh-contoh di atas.
ü Morfem
terikat dari bahasa asing, misalnya ;
o
Bahasa Jawa : tuna, tata, daya, wawan, pramu, sarwa.
o
Bahasa Sansekerta : pra, swa, maha, pri, wan, man, wati
o
Bahasa Barat : is, istis, isme, isasi, if, or, om, us, re, de,
di, en, ab, in, eks, mon.
di, en, ab, in, eks, mon.
o
Bahasa Arab : i, wi, ani, ni, iah, at, mun, mat.
2.
Apabila ditinjau dari segi keutuhaannya dapat dibedakan menjadi:
a.
Morfem Utuh, yaitu morfem yang merupakan satu kesatuan yang utuh.
Misalnya, meja, kursi, rumah, henti, juang, dan sebagainya.
Misalnya, meja, kursi, rumah, henti, juang, dan sebagainya.
b.
Morfem Terbagi, yaitu morfem yang merupakan dua bagian yang terpisah
atau terbagi. Misalnya, pada kata satuan (satu) merupakan morfem utuh
dan (ke-/-an) adalah morfem terbagi. Semua afiks dalam bahasa Indonesia
termasuk morfem terbagi.
3.
Apabila
ditinjau dari segi maknanya dapat dibedakan menjadi:
a. Morfem
Bermakna Leksikal, yaitu
morfem-morfem yang secara inher telah memiliki makna pada dirinya sendiri,
tanpa perlu berproses dengan morfem lain. Misalnya, morfem-morfem seperti
(kuda), (pergi), (lari), dan sebagainya adalah morfem bermakna leksikal.
Morfem-morfem seperti itu sudah dapat digunakan secara bebas dan mempunyai
kedudukan yang otonom dalam pertuturan.
b. Morfem Tak Bermakna Leksikal, yaitu morfem-morfem yang tidak mempunyai makna apa-apa
pada dirinya sendiri sebelum bergabung dengan morfem lainnya dalam proses
morfologis. Misalnya,
morfem-morfem afiks (ber-), (me-), (ter-), dan sebagainya.
4. Morfem
Segmental dan Suprasegmental
Perbedaan morfem segmental
dan suprasegmental berdasarkan jenis fonem yang membentuknya. Morfem segmental
adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental seperti morfem {lihat},
{lah}, {sikat}, dan {ber}. Jadi semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem
segmental. Sedangkan morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh
unsur-unsur suprasegmenntal seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya.
Misalnya, dalam bahasa Ngbaka di Kongo Utara di benua Afrika, setiap verba
selalu disertai dengan petunjuk kala (tense) yang berupa nada.
5. Morfem Beralomorf Zero
Dalam linguistik deskriptif, ada konsep mengenai morfem beralomorf zero
atau nol (lambangnya berupa Ø), yaitu morfem yang salah satu alomorfnya tidak
berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental),
melainkan berupa ”kekosongan”.
·
Bentuk tunggal : I have a book ; I
have a sheep
·
Bentuk jamak : I have two books ;
I have two sheep
·
Kata kini : They call me; They hit
me
·
Kata lampau : They called me ; They
hit me
Bentuk tunggal untuk book adalah books dan bentuk jamaknya adalah books; bentuk tunggal untuksheep adalah sheep dan bentuk jamaknya adalah sheep juga. Karena bentuk jamak untuk books terdiri dari dua buah morfem, yaitu morfem {book} dan morfem {-s}, maka dipastikan bentuk jamak untuk sheepadalah morfem {sheep} dan morfem {Ø}. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa {Ø} merupakan salah satu alomorf dari morfem penanda jamak dalam bahasa Inggris.
Bentuk tunggal untuk book adalah books dan bentuk jamaknya adalah books; bentuk tunggal untuksheep adalah sheep dan bentuk jamaknya adalah sheep juga. Karena bentuk jamak untuk books terdiri dari dua buah morfem, yaitu morfem {book} dan morfem {-s}, maka dipastikan bentuk jamak untuk sheepadalah morfem {sheep} dan morfem {Ø}. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa {Ø} merupakan salah satu alomorf dari morfem penanda jamak dalam bahasa Inggris.
6.
Morfem Dasar, Dasar, Pangkal, dan Akar
Sebuah morfem dasar dapat menjadi sebuah bentuk dasar
atau dasar (base) dalam suatu proses morfologi. Artinya, bisa diberi afiks
tertentu dalam proses afiksasi, bisa diulang dalam suatu proses reduplikasi,
atau bisa digabung dengan morfem lain dalam suatu proses morfologi.
Istilah pangkal (stem) digunakan
untuk menyebut bentuk dasar dalam proses infleksi, atau proses pembubuhan afiks
infleksi. Misalnya, dalam bahasa Inggris kata books pangkalnya
adalah book. Dalam bahasa Indonesia, kata menangisi pangkalnya
adalah tangisi. Akar atau (root) digunakan untuk menyebut bentuk yang
tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi. Misalnya, kata Inggris untouchables akarnya
adalah touch.
E. Kata
1. Hakikat Kata
1. Hakikat Kata
Menurut para tata bahasawan tradisional, kata adalah
satuan bahasa yang memiliki satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf
yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti. Para tata bahasawan
struktural, terutama penganut aliran Bloomfield, tidak lagi membicarakan kata
sebagai satuan lingual; dan menggantinya dengan satuan yang disebut morfem.
Tidak dibicarakannya hakikat kata secara khusus oleh kelompok Bloomfield karena
dalam analisis bahasa, mereka melihat hierarki bahasa sebagai: fonem, morfem,
dan kalimat.
2. Klasifikasi Kata
2. Klasifikasi Kata
Para tata bahasawan
tradisional menggunakan kriteria makna dan kriteria fungsi dalam
mengklasifikasikan kata. Kriteria makna digunakan untuk mengidentifikasikan
kelas verba, nomina, dan ajektifa; sedangkan kriteria fungsi digunakan untuk
mengidentifikasikan preposisi, konjungsi, asverbia, pronomina, dan
lain-lainnya. Yang disebut verba adalah kata yang menyatakan tindakan atau
perbuatan; yang disebut nomina adalah kata yang menyatakan benda atau yang
dibendakan; konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata
dengan kata.
Para tata bahasawan strukturalis
membuat klasifikasi kata berdasarkan distribusi kata itu dalam suatu struktur
atau konstruksi. Misalnya, yang disebut nomina adalah kata yang dapat
berdistribusi di belakang kata bukan; verba adalah kata yang dapat berdistribusi
di belakang kata tidak; sedangkan ajektifa adalah kata yang dapat berdistribusi
di belakang kata sangat.
3.
Pembentukan Kata
Untuk dapat digunakan dalam suatu kalimat, maka setiap
bentuk dasar, terutama dalam bahasa fleksi dan aglutunasi, harus dibentuk lebih
dahulu menjadi sebuah kata gramatikal melalui proses afiksasi, reduplikasi,
maupun komposisi.
a. Inflektif
a. Inflektif
Kata-kata dalam bahasa berfleksi, seperti bahasa Arab,
bahasa Latin, dan bahasa Sansekerta, untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus
disesuaikan dulu bentuknya dengan kategori-kategori gramatikal yang berlaku
dalam bahasa itu. perubahan atau penyesuaian bentuk pada verba disebut
konyugasi, dan perubahan atau penyesuaian pada nomina dan ajektifa disebut
deklinasi.
b. Deviratif
b. Deviratif
Pembentukan kata secara inflektif tidak membentuk kata
baru atau kata lain yang berbeda identitasnya dengan bentuk dasarnya; sedangkan
pembentukan kata secara deviratif membentuk kata baru atau kata yang bentuk
leksikalnya tidak sama dengan bentuk dasarnya. Misalnya, dari kata Inggris sing
’menyanyi’ terbentuk kata singer ’penyanyi’. Antara sing dan singer berbeda
identitas leksikalnya, sebab selain maknanya berbeda, kelasnya juga berbeda;
sing berkelas verba sedangkan singer berkelas nomina.
3. Proses Morfemis
Berikut ini akan dibicarakan proses-proses morfemis yang
berkenaan dengan afiksasi, reduplikasi, komposisi, konversi, dan modifikasi
intern.
a. Afiksasi
a. Afiksasi
Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah
bentuk dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) bentuk dasar, (2)
afiks, dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan. Afiks adalah sebuah bentuk,
biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses
pembentukan kata.
Dilihat dari posisi melekatnya pada bentuk dasar dibedakan adanya prefiks, infiks, konfiks, interfiks, dan transfiks.
Dilihat dari posisi melekatnya pada bentuk dasar dibedakan adanya prefiks, infiks, konfiks, interfiks, dan transfiks.
·
Prefiks : afiks yang diimbuhkan di muka
bentuk dasar : me- pada kata menghibur
·
Infiks : afiks yang diimbuhkan di tengah
bentuk dasar : -el- pada kata telunjuk
·
Sufiks : afiks yang diimbuhkan di belakang
bentuk dasar : -an pada kata bagian
·
Konfiks : afiks yang berupa morfem terbagi
yang berposisi di muka dan belakang bentuk dasar : ke-/-an pada kata keterangan
·
Interfiks sejenis infiks atau elemen
penyambung yang muncul dalam proses penggabungan dua unsur : Stern (unsur
1) + Banner (unsur 2) → Stern.en.banner (bahasa
Indo German)
·
Transfiks : sfiks yang berwujud vokal yang
diimbuhkan pada keseluruhan dasar : k-t-b ’tulis’ (dasar dalam bahasa Arab) :
kitab ’buku’, maktaba ’toko buku’
b. Reduplikasi
Reduplikasi adalah proses
morfemis yang mengulang bentuk dasar. Dibedakan adanya reduplikasi penuh,
seperti meja-meja, reduplikasi sebagian, seperti lelaki, dan reduplikasi dengan
perubahan bunyi, seperti bolak-balik. Proses reduplikasi dapat bersifat
paradigmatis (infleksional dan dapat pula bersifat devirasional. Reduplikasi
yang infleksional tidak mengubah identitas leksikal, melainkan hanya memberi
makna gramatikal. Misalnya, meja-meja berarti ’banyak meja’. Yang bersifat
devirasioanal membentuk kata baru. Misalnya, kata laba-laba dan pura-pura.
c. Komposisi
Komposisi adalah proses
penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang
terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal
yang berbeda. Misalnya, lalu lintas, daya juang, dan rumah sakit. Produktifnya
proses komposisi dalam bahasa Indonesia menimbulkan berbagai masalah, antara
lain masalah kata majemuk, aneksi, dan frase.
Kata majemuk adalah kata yang memiliki makna baru yang tidak merupakan gabungan dari makna unsur-unsurnya. Misalnya, kumis kucing ’sejenis tumbuhan’, mata sapi ’telur yang digoreng tanpa dihancurkan’, dan mata hati.
d. Konversi, Modifikasi Internal, dan Suplesi
Kata majemuk adalah kata yang memiliki makna baru yang tidak merupakan gabungan dari makna unsur-unsurnya. Misalnya, kumis kucing ’sejenis tumbuhan’, mata sapi ’telur yang digoreng tanpa dihancurkan’, dan mata hati.
d. Konversi, Modifikasi Internal, dan Suplesi
Konversi,
sering juga disebut devirasi zero, transmutasi, dan transposisi, adalah proses
pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur
segmental. Misalnya, kata cangkul dalam kalimat Ayah membeli cangkul baru
adalah nomina; sedangkan dalam kalimat Cangkul dulu baik-baik baru ditanami
adalah sebuah verba.
Modifikasi
internal adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur (biasanya
berupa vokal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap (biasanya berupa
konsonan). Misalnya, dalam bahasa Arab morfem dasar dengan kerangka k-t-b
’tulis’.
·
katab ’dia laki-laki menulis’
·
maktub ’sudah ditulis’
·
maktaba ’toko buku’
Ada
sejenis modifikasi internal yang disebut suplesi. Dalam proses suplesi
perubahannya sangat ekstrem karena ciri-ciri bentuk dasar hampir atau tidak
tampak lagi. Misalnya, kata Inggris go yang menjadi went;
atau verba be manjadi was atau were.
e. Pemendekan
e. Pemendekan
Pemendekan
adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga
menjadi sebuah bentuk singkat, tertapi maknanya tetap sama. Misalnya, bentuk
lab (utuhnya laboratorium), hlm (halaman), dan SD (Sekolah Dasar). Pemendekan
ini mengahsilkan singkatan. Selain singkatan, ada akronim, yaitu hasil
pemendekan yang berupa kata atau dapat dilafalkan sebagai kata. Misalnya, ABRI
(Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), inpres (instruksi presiden), dan
wagub (wakil gurbernur).
4. Morfofonemik
Morfofonemik, disebut juga
morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi, adalah peristiwa berubahnya wujud
morfemis dalam suatu proses morfologi. Misalnya, prefiks me-
berubah menjadi mem-, men-, meny-, meng-dan menge-.
Perubahan fonem dalam proses morfofonemik dapat berwujud:
·
Pemunculan fonem : me- + baca →
membaca
·
Pelesapan fonem : sejarah + -wan →
sejarawan
·
Peluluhan fonem : me- + sikat →
menyikat
·
Perubahan fonem : ber- + ajar → belajar
·
Pergeseran fonem : ja.wab + an → ja.wa.ban
DAFTAR
PUSTAKA
Falah Zainal, S.Hud.
(1996). Tatabahasa Indonesia.
Yogyakarta: CV. Karyono.
Chaer Abdul. (2011). Tatabahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Masnur Muslich. (2010).
Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta
Timur: PT. Bumi Aksara.
Alwi, Hasan, dkk. (2000). Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.


morfem kesedihan itu seperti apa
BalasHapusMummys Gold Casino Online | JT Hub
BalasHapusMummys Gold 군포 출장샵 Casino Online is powered by 대전광역 출장마사지 Playtech 여주 출장샵 which has over 사천 출장안마 100 of the 전라북도 출장샵 leading software solutions for the online gambling industry. We have been a huge fan